Tumbuhan Survival
Rabu, 19 Juni 2013
Tambah Komentar
Aktivitas di alam terbuka sering
memunculkan situasi darurat. Tersesat, terhadang cuaca buruk, atau kehabisan
bekal. Jangan panik, tumbuhan liar hutan menyediakan aneka daun, buah, umbi,
batang yang bisa dimakan, asalkan kita mengenal ciri-cirinya.
Arbei hutan (Rubus) rasanya
menggiurkan. Kalau Anda mengaku pencinta alam yang doyan menempuh rimba atau
mendaki gunung, pasti kenal dengan istilah survival, yaitu upaya untuk bisa
bertahan hidup di alam liar. Pengetahuan survival wajib dikuasai oleh para
petualang untuk menghadapi situasi darurat lantaran kehilangan orientasi atau
kehabisan bekal.
Kiat hidup darurat ini penting,
soalnya alam kerap sulit diprediksi perilakunya, walaupun sejak awal Anda telah
mempersiapkan segala sesuatu secermat mungkin. Misalnya peta lokasi, kompas,
global positioning system (alat untuk mengetahui posisi sesaat dengan bantuan
satelit), alat komunikasi (HT, HP), bekal, dan obat-obatan.
Dengan pengetahuan survival yang
andal, Anda seperti mempunyai jurus pamungkas yang sewaktu-waktu bisa
dikeluarkan di saat posisi terjepit. Sebagian dari ilmu survival itu
adalah pengetahuan tentang aneka tumbuhan liar yang layak dan aman untuk
dimakan.
Menurut para ahli, 10% dari
keseluruhan jenis tumbuhan berbunga di dunia ada di Indonesia. Artinya kita memiliki
kurang lebih 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Jika ditambah dengan tumbuhan tak
berbunga dan jamur, maka jumlahnya akan berlipat-lipat. Dari keseluruhan jenis
tumbuhan itu ada yang beracun, ada yang bisa dimakan, dan ada yang disarankan
untuk dimakan.
Tak beracun = dimakan satwa
Untuk mengetahui apakah suatu
jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan, ada beberapa kunci yang
bisa dijadikan pegangan.
Tumbuhan yang daun, bunga, buah,
atau umbinya biasa dimakan oleh satwa liar, adalah tumbuhan yang tidak beracun.
Jadi kita bisa mengkonsumsinya. Sementara, tumbuhan yang berbau tidak
sedap dan bisa membuat pusing, serta tidak disentuh oleh binatang liar,
sebaiknya jangan disentuh. Juga tumbuhan bergetah yang membikin kulit gatal,
dianjurkan untuk dihindari. Buah senggani (Melastoma sp.) boleh dimakan.
Tumbuhan lain yang perlu
disingkirkan adalah tanaman yang daunnya bergetah pekat, berwarna mencolok,
berbulu, atau permukaannya kasar. Tanaman dengan daun yang keras atau liat juga
jangan dikonsumsi. Jika mendapatkan tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans)
waspadalah lantaran bulu pada daunnya membuat kulit gatal dan panas.
Sementara itu beberapa jenis
tumbuhan yang mungkin ditemui di hutan dan dapat dimakan meliputi beragam
jenis. Di antaranya keluarga palem-paleman, misalnya kelapa, kelapa sawit,
sagu, nipah, aren, dan siwalan. Bukan hanya bagian umbutnya (bagian ujung
batang muda dan berwarna putih) yang bisa dimakan, tapi juga buahnya (seperti
kelapa dan siwalan).
Jenis jambu-jambuan yang masuk
dalam keluarga Myrtaceae juga banyak dijumpai di hutan. Ciri-ciri Myrtaceae
adalah daunnya berbau agak manis jika diremas. Bunganya memiliki banyak
sekali benang sari dengan buah yang enak dimakan.
Tumbuhan semak dari keluarga
begonia juga bisa jadi penyelamat dalam keadaan darurat. Daun begonia umumnya
berbentuk jantung tidak simetris. Beberapa jenis dijadikan tanaman hias. Bila
tangkai daunnya yang masih muda dikupas dan dimakan, rasanya masam dan sedikit
pahit.
Beberapa jenis keladi umbinya
bisa dimakan, meski pada jenis lain umbinya menyebabkan gatal di mulut dan
bibir. Untuk itu dianjurkan untuk tidak sembarangan melahap keladi hutan.
Sebaiknya dicoba dulu dalam jumlah kecil. Hindari makan iles-iles
(Amorphophallus sp.)
Tumbuhan merambat dan melilit di
pohon lain, bisa dimakan jika lilitan batang ke arah kanan (searah dengan jarum
jam). Di antaranya gembili (Dioscorea aculeata), gembolo (Dioscorea bulbifera),
ubi rambat. Tapi bila arah lilitannya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) dan
batangnya berduri, harus ekstrahati-hati. Jenis yang kedua ini misalnya gadung
(Dioscorea hispida), yang beracun, walau tetap dapat dimakan setelah melalui
proses pengolahan khusus.
Sementara keluarga
rumput-rumputan seperti tebu dan beberapa jenis bambu, rebungnya enak dimakan.
Demikian pula pisang hutan bisa langsung dikonsumsi.
Di tempat yang lembap dan
tinggi, jenis paku-pakuan tunas dan daun mudanya enak dimakan. Tumbuhan lain
yang buahnya juga bisa dimakan misalnya markisa (Passiflora sp.). Markisa ini
adalah tumbuhan merambat dengan bunga khas. Beberapa anggota keluarga
sirsak (Annonaceae), misalnya Annona muricata, daging buahnya segar. Buah
lainnya semisal senggani (Melastoma sp.), arbei hutan (Rubus), dan anggur
hutan.
Selain tumbuhan di atas, jamur
juga bisa menjadi dewa penyelamat bila tersesat. Menurut literatur, sudah
ditemukan 38.000 jenis jamur di seantero dunia. Di antaranya ada yang enak
dimakan, tapi sayang, yang tidak boleh dimakan karena beracun lebih banyak
lagi. Tidak heran bila budaya makan jamur yang layak konsumsi konon sudah ada
sejak jaman Mesir Kuno.
Untuk mengetahui jamur itu
beracun atau tidak, bisa dilihat dari bentuk, warna, dan tempat tumbuhnya.
Sementara di laboratorium, bisa dilakukan analisis secara kimiawi maupun dengan
hewan percobaan. Tetapi jika sedang dihadapkan pada masalah mendesak survival
di hutan belantara, mustahil bisa pergi ke laboratorium dulu untuk memastikan
apakah jamur yang ditemukan itu beracun atau tidak. Karena itu kita perlu
mengenal jamur-jamur yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Untuk menghindari makan jamur
liar beracun, perlu diketahui ciri-cirinya. Yaitu, warna payungnya gelap
atau mencolok misalnya biru, kuning, jingga, merah. Perkecualian untuk jamur
kuping dengan payung coklat yang toh juga dapat dimakan.
Bau tidak sedap lantaran
kandungan asam sulfida atau amonia juga sekaligus menunjukkan jamur tersebut
tak layak konsumsi.
Tahukah Anda, beberapa jenis
jamur ada yang memiliki cincin atau cawan pada tangkainya, misalnya jenis
Amanita muscaria, dalam bahasa Jawa disebut supa-upas. Bentuknya seperti payung
putih kekuningan, bagian payungnya warna merah bintik-bintik putih. Awas, racun
pada jamur ini tergolong racun kuat. Beda dengan jamur merang
(Volvariella volvacea), meski mempunyai cincin tetapi bisa dimakan.
Jamur beracun umumnya tumbuh di
tempat kotor, misalnya pada kotoran hewan dsb. Mereka dapat berubah warna jika
dipanasi. Jika diiris dengan pisau perak atau digoreskan pada perkakas perak
akan meninggalkan warna biru. Warna biru ini disebabkan kandungan sianida
atau sulfida, yang beracun. Sementara nasi akan berwarna kuning jika
dicampur jamur beracun. Petunjuk lain, ia juga tidak dimakan oleh hewan liar.
Repotnya jenis jamur ini juga
berbahaya kalau sampai sporanya menempel pada kulit, karena dapat menyebabkan
kulit gatal, bahkan melepuh. Bagaiamana ciri-ciri orang yang keracunan jamur?
Selidikilah, apakah ia pusing, perut sakit terutama ulu hati, mual, sering
buang air kecil, tubuh lemas, pucat? Jika ia muntah, adakah darah pada
muntahannya? Racun akibat jamur cukup ganas juga, kalau tidak tertolong korban
bisa meninggal setelah 3 - 7 hari.
Sebelum dimakan, tumbuhan liar
di hutan sebaiknya dimasak dulu untuk mengurangi dampak buruk seperti diare dan
alergi. Bagaimana kalau sedang coba-coba makan tumbuhan hutan lantas keracunan?
Masih ada upaya menetraliskan. Upayakan untuk memuntahkannya dengan jalan
"dipancing-pancing". Jika sudah muntah minumlah air kelapa. Pil norit
mungkin bisa juga membantu mengurangi kadar racun, kalau ada. (Adi Mustika -
pencinta alam, alumnus Fak. Biologi UGM)
Belum ada Komentar untuk "Tumbuhan Survival"
Posting Komentar